Sunday, December 17, 2006

Dahsyatnya perjalanan bathin.



Menunggu datangnya mobil jemputan membuatku banyak melamun. Hatta, mata ke layar kaca monitor. Lembar demi lembar referensi elektronik kubukai. Tapi tak ada satupun yang menarik hati. Semuanya seperti batang kapas yang terbawa hanyut oleh derasnya air kali yang lagi dekil dan dingin. Dipikiran yang ada malahan sederet kata2 yang bermakna tempat, nama, hasrat dan pengharapan.
Iya sih klo ingat ungkapan Nani yang agaknya prihatin atas tekadku membangun masadepan yang sepertinya masih kayak mendirikan pasangan bata demi bata dalam mimpi.
"Begitu mas terjaga, tentunya bangunan itu bukan cuma ambruk tapi juga lenyap entah kemana. Sadarlah mas, kayaknya panjenengan ini lagi gambling deh. Mempertaruhkan seluruh potensi mas hanya buat memenuhi mimpi para bos di Jakarta."
Tentunya dooong aku mendengarkan meskipun dengan gelombang yang mengorak dalam alun merahnya dada. Iya juga sih akunya memang gambling kok. Buktinya semua kartu truf yang aku, Nani dan teman2 sepengharapan punya dah digelar di bukit Bluwek. Tapi hasilnya apa? Mana itu harapan akan beroleh bonus dari laba bersih pada setiap panen yang menjanjikan dan dituangkan dalam dokumen hubungan kerjasama? Kasihan 10 orang temanku itu, yang mau datang buat menyingsingkan lengan baju mengolah tanah bukit Bluwek menjadi lahan subur buat tanaman perdu blueberry yang cuma ada dalam sebatas mimpi siang bolong doang. Klo ingat itu aku bukan cuma malu, tapi juga merasa bersalah telah menjebloskan sekelompok kaum muda kedalam kubangan tempat kerbo entah celeng guyang.
"Iya sih jeng Nan. Tapi kitanya bisa apa kecuali tetap berusaha memperbaiki keadaan. Mencari lagi sumber2 baru dalam pengadaan biji. Meningkatkan kesejahteraan teman2. Wabilkhusus jeng Nani sendiri." Tawaku memancing reaksinya. Suwer, Nani itu sosok gadis mandiri banget yang gak suka aja klo merasa aku perlakukan lebih dari yang lain.
"Kok aku sih mas?" Protesnya dengan jidat kerung.
"Lha iya tha. Kan jeng ini satu2nya wadon dalam tim suksesku ...." Kekehku dengan eman.
Nani tampak diam kayaknya dia merasa percuma aja ngomong begini meski telah dan akan ratusan kali juga. Hebat Nani ini, gak bosan2nya mengajak aku buat tingkatkan pengetahuan dan menjadi mahasiswa pasca sarjana buat bidang sains dan teknologi yang katanya sih aku mumpuni banget.

Buatku semuanya itu cuma retorika Nani aja. Katakanlah sebagai rasa 'belasungkawa' atas apa2 yang telah dan akan terjadi. Menurutnya dianya puas banget akan bahan2 yang diperlukan buat membangun thesis yang harus selesai tahun ini. Katanya sih, semua bahan yang terkumpul semoga bisa juga menjadi bahan disertasi di Monash University kelak.
Hemmmhhh, dengan mengingat Nani, aku berharap bisa melakukan perjalanan ke bukit Bluwek lalu ke bukit Nyalindung yang belum pernah aku kenal. Namun hatiku ternyata lebih asyik meneliti ulang akan observasi dan analisa terhadap pic neng Astri. Baru juga berjalan sekira 3-4 hari pesona mata yang telah memekarharapankan masadepan yang lebih hangat bersamanya. Tapi ya itu, belum apa2 alam jagad raya telah mendatangkan ujicoba kualitas karakter diantara aku dan jeng Astri. Iya sih lahan yang kudunya subur dan baik ini seperti bukit Bluwek tentu memerlukan hantaman cangkul dan gilasan roda2 kerbau Jepang. Mana permukaan lahan juga diaduk aduk dengan perencanaan yang harus matang. Data2 sample tanah diteliti di lab buat menentukan tingkat kelayakan dan kesuburan bagi tunas yang akan ditanam nanti. Setelah itu perlu perhatian dan perawatan yang intensif. Belum lagi sebelum panen nanti harus sudah tersedia shelter dan pergudangan yang layak. Belum lagi perencanaan buat penyuburan dan anti hama. Hehehe, perlu juga dipikirkan kemungkinan para luwak entah 'careuh' yang tentunya akan tergiur untuk ikut menikmati manis dan khasiatnya panenan yang memang dengan rajin kugembar gemborkan entah kepada para boss dan tim sukses buat senantiasa mengempos semangat juang agar gak pernah layu. Juga penyuluhan ke masyarakat luas sambil melakukan muhibah buat memasang jaringan pasaran lokal yang gak memerlukan persyaratan SII yang ruwet.
Iya ya, perjalanan tali bathin yang terasa dahsyat ini harus kuperlakukan juga seperti disaat saat menggarap lahan bukit Bluwek dan sekitarnya sejak delapan bulan yang lalu. Dengan usaha maksimal dan perawatan maksimum, semoga kehadiran jeng Astri sama saling menyempurnakan upaya.
Tapi kan namanya juga usaha manusia. Meskipun klo jodoh mah gak akan kemana juga. Tul gak?

No comments: